Mari merayakan Natal tanpa gemerlap Dunia


25 desember dirayakan sebagian orang di muka bumi sebagai hari Natal. Meski banyak pertentangan mengenai perayaan ini dikarenakan latar belakangnya adalah Perayaan orang-orang kafir dan bahkan hal ini dijadikan alasan beberapa pemeluk agama Kristen menjadi tidak mau merayakan Natal atau beberapa pemeluk agama lain tidak mengucapkan selamat satu sama lain.

Sebaiknya ditinggalkan saja sejarah atau respon orang-orang mengenai hari Natal, Ketika Isa Al Masih tidak dilahirkan tanggal 25 Desember, masih sah-sah saja untuk orang-orang mengenang hari itu pada tanggal 25 Desember kan? Mendahului artikel ini saya mengucapkan selamat hari Natal 2009 bagi yang merayakan 🙂 .Moga dalam merayakan tidak bias dan terenggut oleh gemerlapnya dunia, Sinterklas, Santa klaus dan piet hitam, biarlah merayakannya di dalam hati dan mampu mengubahkan dunia sekitar dalam pengaruh tiap pribadi. Berikut sedikit artikel seputar Natal dari berbagai sumber dan sesuai pengalaman di sekitar saya.


Natal dengan Pohon Natal (Wikipedia)

Meski toh pohon Natal menjadi kontroversi juga, tetapi dalam pemahaman benar mengenai pohon Natal dan tidak melihat bentuk belaka maka saya juga belajar untuk memasang dan menghias pohon Natal di bawah bimbingan wanita luar biasa di dunia ini (my Mom!!!..). berikut foto transformasi Pohon Natal nya :

Pohon yang sudah berumur hampir 20 tahun itu masih bisa berdiri. Maklum lah, harga Pohon nya sekarang mencapai 1 juta ke atas. So lebih ekonomis dengan memanfaatkan yang ada saja toh? Dengan membeli sedikit pernak-pernik tambahan dan dengan tekun pelan-pelan memasangnya, akhirnya pohon tersebut dapat berdiri juga.

Pendapat mengenai kafirnya pohon Natal dan pendapat netral lainnya silahkan berkembang. Seiring berjalannya waktu, orang yang menyebut Pohon Natal kafir dan yang berpendapat netral tentang pohon Natal akan terjawab, bagaimana keimanan dalam melewati hubungan dengan Sang Pencipta serta kelakuan yang dipengaruhi agama yang dipeluk lebih membuktikan dari sekedar pendapat-pendapat keras disertai data akurat mengenai pohon Natal.

Santa Claus / Santa Nikolaus / Sinterklas dan Piet hitam

Saya punya teman ketika kuliah yang sangat tidak suka dengan santa claus. Saya kurang paham juga sikapnya saat itu. Namun ketika menghadiri perayaan Natal dan kegiatan menjelang Natal, saya mulai menyadari bahwa apa yang dipikirkan teman saya itu bisa jadi benar. Sadar atau tidak, terkadang Santa justru merebut tempat di hati anak-anak dan semua orang yang merayakan Natal. bahkan sebenarnya santa claus sendiri adalah ciptaan coca cola dan berbeda jauh dengan sinterklas / santa nikolaus. Di luar semua itu saya sebenarnya berharap tokoh santa claus atau sinterklas bisa menambah hati yang besar kepada peristiwa Natal, buka kepada hadiah dan gemerlapnya Natal.

Mari merayakan Natal dengan “sederhana”

Membeli baju, pohon Natal dan kue mungkin banyak menjadi menu wajib bagi orang-orang yang merayakan Natal. Libur panjang yang disatukan dengan Tahun baru mendongkrak konsumsi masyarakat, meski tidak sehebat efek Lebaran, THR pada bulan Desember bagi non Muslim turut meningkatkan konsumsi. Peningkatan konsumsi di akhir tahun ini terkadang diikuti kenaikan harga pada bulan pertama tahun yang baru (mudah-mudahan hipotesa ini mentah 🙂 hehe..). Lalu apa yang salah? Tidak ada, semua berhak membelanjakan uang yang didapatkan dan merayakan gegap gempita nya Natal.

Bagi saya, lebih asyik dengan “sederhana”, bukan berarti sederhana tanpa gemerlap perayaan, tetapi sederhana yang berarti pemahaman simpel dan sederhana mengenai peristiwa Natal, yang saya rasa semakin ruwet dan ditelan jaman. Kembalikan saja makna perayaan Natal sebagai peristiwa mengenang kelahiran bagi Yesus Kristus dan sesederhana itu pula penyerahan diri tiap kita untuk terus saling berdamai satu sama lain sesuai ajaran Yesus itu sendiri. Mudah dikatakan dan susah dilakukan.

Feliz Navidad!!

Romailprincipe

14 thoughts on “Mari merayakan Natal tanpa gemerlap Dunia

Tinggalkan komentar