Kegiatan harian menjadi pencari kerja


Wah, judulnya agak memberatkan juga. Yup, menjadi pencari kerja (termasuk saya) terkadang memang sangat membosankan dan menjemukan. karena kegiatan hariannya terfokus pada mencari lowongan pekerjaan semata. Bahkan tanpa sadar memakan waktu dan kapasitas yang seharusnya bisa dimanfaatkan ke hal yang lebih berguna lagi. Menurut saya ada beberapa tipe pencari kerja :

  1. Pencari kerja tipe pengangguran, biasanya kalangan fresh graduate maupun karyawan yang baru di PHK atau resign.
  2. Pencari kerja tipe pencari promosi, karir mentok dan ingin mencari kerja dengan jabatan dan posisi lebih baik.
  3. Pencari kerja tipe pencari kesenangan, tertekan berat di tempat kerja sekarang sehingga mencari pekerjaan yang lebih mudah dan menyenangkan sekalipun dari posisi dan gaji yang didapatkan sudah cukup memadai.
  4. Pencari kerja tipe “coba-coba” 🙂 , yang ini tipenya coba apply sana-apply sini dengan alasan dipanggil syukur (meski belum tentu datang), tidak dipanggil ya tak apa-apa. Ini tipe saya kayaknya 🙂

Kegiatan nya sudah dapat ditebak, membuka situs lowongan kerja seperti JobsDB, JobStreet, karir.com, duniakarir, ataupun blog wordpress tentang lowongan kerja. Kalau hari Sabtu membeli koran kompas dan melihat halaman karir. Sekalipun kebanyakan spesifikasi yang dibutuhkan di koran kompas itu cukup tinggi, namun tetap menjadi favorit, karena memang memberikan renumerasi yang cukup baik. Bahkan informasi cari kerja ini menjadi fenomena bagi para blogger yang sering posting mengenai lowongan kerja. Banjir hits pun menandakan kehausan orang-orang yang mencari kerja, tak jarang informasi yang ditawarkan di blog-blog juga merupakan lowongan berkualitas dan turut membantu pencari kerja.

Gaji seperti yang sudah saya tuliskan di sini dan ini, tampaknya masih menjadi prioritas bagi pencari kerja. Dengan alasan itu maka para pencari kerja rata-rata adalah orang yang dikatakan selalu ingin menaikkan tingkat pendapatan dengan mencari karir yang lebih baik. Salah? Tentu saja tidak, selama daging masih menempel di tubuh ini, rasanya nafsu besar selalu menguasai manusia. Saya mempergunakan kata nafsu sebagai pengganti passion atau hasrat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Di sekitar saya, kepuasan dalam bekerja juga nampaknya membuat banyak teman-teman mulai berpikir tempat-tempat baru untuk meniti karir padahal notabene level mereka sudah berada pada level supervisor atau Junior Manager (first line manager). Situs lowongan kerja tanpa segan-segan dibuka di lingkungan kantor, tidak peduli hal ini bisa saja memunculkan image kurang baik, lha wong lagi kerja kok malah ngenet cari lowongan.

Pencari kerja di Internet terkadang perlu hati-hati, karena terkadang lowongan yang ditawarkan bukan dari perusahaan yang membutuhkan, namun malah dari outsourcing atau perusahaan lain yang tidak mengelola karyawannya dengan baik. Jadi saran saya kalau dapat panggilan dari perusahaan, segera browsing di Internet dan cari informasi sebanyak-banyaknya tentang perusahaan dan komentar di internet tentang perusahaan yang memanggil.

Menjadi pencari kerja bisa saja membuat karyawan yang masih bekerja tidak fokus dalam melakukan pekerjaan di perusahaan/kantornya saat ini. Wajar saja, konsentrasi dan fokus selalu pada mencari pekerjaan dan karir baru, dalam hal ini kualitas pekerjaan yang sekarang bisa menurun.

Bisa diperhatikan setiap setahun, setidaknya setiap Universitas di Indonesia 3-4 kali meluluskan ribuan alumni dengan gelar sarjana strata 1 (S1) dan strata 2 (S2). S1 dan S2 ini menjadi pencari kerja baru yang menambah sesak dunia si “pencari kerja” yang sudah lebih dahulu berkelana di “rimba belantara” pencari kerja.

Lalu apa? Masak sih semua pencari kerja disuruh buka usaha saja atau berwirausaha? Jika seluruh orang dengan gaji Rp 7.000.000 ke atas, menginvestasikan uangnya Rp 2.000.000 (dengan asumsi 5.000.000 sudah cukup untuk hidup) untuk membuka usaha. Serta uang Rp 2.000.000 meenjadi satu usaha baru setiap 6 bulan, maka setiap tahun ada 2 usaha dengan nilai investasi Rp 12.000.000 per unit usaha. Rp 12.000.000 sudah bisa membuka counter pulsa, usaha jual beli sepeda motor bekas, usaha jual makanan dan minuma di warung kecil dan yang paling penting bisa menjadi pemasukan konstan bagi “partner kerja” yaitu sektor non formal yang menjadi penjaga unit usaha yang didirikan. Dengan demikian si pencari kerja berubah menjadi si pemberi kerja 🙂

Jadi, hari demi hari mencari kerja dan menelusuri setiap iklan lowongan kerja bisa pelan-pelan dihilangkan, karena adanya orang-orang dengan penghasilan lebih dari Rp 7.000.000 yang akan memberikan kita kesempatan kerja non formal …. 🙂  Gimana, siapa yang mau mulai?

Tulisan lain Romailprincipe mengenai pekerjaan

16 thoughts on “Kegiatan harian menjadi pencari kerja

  1. jenkna

    tapi aku liat temen2ku yang CPNS di departemen pada ujian mati-matian menjalani enam sampai tujuh tahapan sampe akhirnya lolos. aku sendiri masih gini2 aja mbah hehehe

    Suka

    Balas
  2. embun777

    hanya berbagi pengalaman.. tapi sebatas level saya yg kebetulan tdk didukung pendidikan yg cukup.., kalau dulu saya mantan “penglanglang kota” sbg pencari kerja selalu dapat kerja tapi gak pernah merasa puas..! sampai saya berumur dan menikah baru saya menyadari bahwa gak usah terlalu tinggi target hidup/pendapatan “TEKUNI saja yg sdh kita dapatkan sekarang..! dan nikmati..! dan tentu tak lepas dari terus belajar bersyukur.. , maka senantiasa kita akan mendapatkan kenyamanan dengan pekerjaan kita.

    Salam.
    GBU

    Suka

    Balas
  3. embun777

    sedikit tambahan.. yaitu Jangan pernah lepaskan pekerjaanmu yg lama/saat ini sebelum benar2 yakin sdh mendapatkan yg lebih baik.
    dan ini hanya sebuah gambaran..
    saya kehausan.. karena saya sdg berjalan di sebuah padang luas yg tandus dan sulit sekali mendapatkan air.. dan sekarang saya sdh mendapatkan mata air itu.. ttp kecil sekali hanya setetes.. setetes.. dan mungkin memerlukan wkt 1 hari atau bahkan lebih untuk bisa mendapatkan 1 gelas air.. , apabila ini adlh anda apakah akan trs bertahan sampai mendptkan 1gls air itu untuk kekuatan perjalanan lbh jauh lagi..? atau akan meninggalkan bgt saja krn terlalu lama hrs menunggu…?? pd hal blm tentu ada lagi mata air disekitarnya.. walaupun mungkin ada.

    silahkan mencari jawaban ari tempat paling dalam di lubuk hati.

    Salam.
    GBU.

    Suka

    Balas
  4. penuai

    menarik sekali mas…emang ada pegawai yang gajinya ampe Rp. 7 juta ??!!!….
    teman saya yang kerja di Jakarta (S1) gajinya pasling tinggi cuma Rp. 2 Juta-an….
    klo gw sichhh gaji gw sedikit hehehehehe…(IIIa) tapi gw ngak nyogok lhoo waktu masuk hehehehe….

    DOWNLOAD EBOOK AKHIR ZAMAN GRATISS
    http://www.penuai.wordpress.com

    Suka

    Balas
    1. romailprincipe Penulis Tulisan

      sepertinya ada mas, mungkin level supervisor atau manajer perusahaan menengah ke atas..saya juga gak tau pasti, maklum gak termasuk. hehe
      yang penting mengatur pengeluaran bukan menambah pendapatan saja, karena pengeluaran merupakan faktor internal yang lebih bisa diatur daripada pemasukan..
      itu menurut say loh.. 🙂
      salam

      Suka

      Balas
  5. Ping balik: Pendapatan di bawah Garis Kemisikinan « Romailprincipe Menulis

Tinggalkan Balasan ke romailprincipe Batalkan balasan